Adsense Indonesia
Follow Indonesiabaru on Twitter

Senin, 11 Januari 2010

Pekerja Tambang Bawah Tanah, Profesi Penantang Bahaya

Apa pekerjaan paling berbahaya di dunia? Tentara, pemadam kebakaran, apa lagi?

Ada satu lagi. Cuma, karena pekerjaan ini tak banyak dilihat langsung oleh khalayak, membuatnya jadi kurang dikenal. Ini dia profesi itu: pekerja tambang bawah tanah (selanjutnya akan disebut miners).

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahan tambang. Perusahaan tambang besar-kecil juga bertebaran. Namun yang mengaplikasikan metode tambang bawah tanah tak akan habis dihitung menggunakan jari. Akhirnya, miners menjadi profesi sekaligus keahlian yang langka.

Kenapa berbahaya? Disebut pekerjaan berbahaya karena adanya 2 macam resiko sekaligus: keselamatan dan kesehatan.

Berikut ini adalah resiko-resiko keselamatan:

Ruang kerja terbatas

Bekerja di bawah tanah meniscayakan lingkungan yang jauh berbeda dibanding bekerja normal diatas permukaan. Besar bukaan terowongan mesti dihitung cermat agar efisien dari sudut biaya, dan aman dilihat dari pertimbangan teknis. Terowongan tidak boleh terlalu besar karena akan membutuhkan biaya tinggi. Terowongan yang besar juga akan meningkatkan kerumitan-kerumitan teknis.

Dari ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa para miner dituntut untuk bekerja dalam lingkungan yang terbatas. Terbatasnya ruang sudah jelas akan mempertinggi resiko yang dapat mengancam keselamatan. Bahaya tertabrak kendaraan bergerak (loader, truk bawah tanah) menjadi salah satu penyebab kecelakaan yang lumayan tinggi akibat terbatasnya ruang.

Cahaya terbatas

Bekerja di perut bumi berarti mesti bekerja tanpa cahaya matahari. Siang dan malam hari tak tampak bedanya. Cahaya bantuan dari lampu penerangan memang dimungkinkan, akan tetapi dengan panjang terowongan yang bisa mencapai puluhan kilometer penerangan tidak mungkin dipasang di semua tempat.

Bekerja dengan penerangan terbatas jelas akan menjadi tantangan tersendiri. Di beberapa area, penerangan bahkan hanya mengandalkan lampu kepala yang dipasang di helm para miners. Jika lampu sampai mati, hanya tertinggal gelap yang pekat. Itu sebab, umumnya miner tidak diperbolehkan bekerja sendirian. Dia mesti didampingi setidaknya oleh satu kawan untuk mengantisipasi situasi darurat semacam mati lampu tadi.

Batuan rapuh

Batuan rapuh adalah musuh terbesar miners. Aneka cara untuk memperkuat batuan dengan berbagai metode penyanggaan memang sudah dilakukan, tapi tetap, miners mesti waspada akan bahaya ini.

Kalau yang runtuh hanya batuan sebesar bola bekel sih bukan masalah besar. Lain perkara jika yang runtuh batu sebesar gerobak. Untuk meminimalkan resiko ini, selain penyanggaan batuan, bermacam prosedur kerja menjadi diperlukan dan mesti dipatuhi para miners.

Gas berbahaya

Metan merupakan contoh paling populer dari gas berbahaya. Metan adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berwarna, tak berbau, dan tak beracun.

Metan terdapat di semua lapisan batubara, terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara itu sendiri.

Di tambang batubara bawah tanah, udara yang mengandung 5-15% metan dan sekurangnya 12.1% oksigen akan meledak jika terkena percikan api.

Di artikel ini sudah diulas mengenai resiko-resiko keselamatan yang dihadapi oleh perkerja tambang bawah tanah (miners).

Selanjutnya akan dibahas mengenai resiko kesehatan yang menghadang para miners.

Debu

Jangan salah, debu ternyata dapat menimbulkan masalah kesehatan serius.

Namun tidak semua debu berbahaya. Debu yang mampu merusak kesehatan adalah yang mengandung partikel silika di dalamnya. Dalam jangka waktu lama, silika yang mengendap dalam paru-paru dapat menyebabkan silicosis.

Silicosis terjadi karena partikel silika yang terhirup tidak dapat dikeluarkan lagi dari paru-paru. Adanya benda asing membuat jaringan paru-paru membengkak. Silika dan unsur ikutan lain juga menjadi senyawa racun yang kemudian merusak jaringan paru-paru.

Jenis debu yang juga berbahaya adalah debu batubara dan debu dari bijih radioaktif. Debu-debu ini juga mampu menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

Upaya yang umum dilakukan untuk mengurangi tingkat resiko yaitu dengan membikin sistem ventilasi udara yang baik. Sirkulasi udara di terowongan mesti dibuat selancar mungkin. Selain itu, miners juga harus dilengkapi dengan respirator (masker) sebagai alat pelindung kesehatan.

Gas beracun

Miners juga rawan terpapar dengan gas beracun. Akibat sirkulasi udara terowongan yang terbatas, gas-gas beracun tidak bisa langsung terlepas ke atmosfer. Beberapa gas beracun ini antara lain CO, H2S, NOx, dan SO2.

Pada banyak kondisi, akan sulit membuat kadar masing-masing gas itu menjadi benar-benar nol. Itu sebab ditetapkanlah ambang batas. Tidak ada satupun pun gas yang boleh melebihi ambang batas ini.

Jika terdapat dalam kadar tinggi, gas-gas ini dapat menyebabkan kematian.

Simpulan

Dengan perkembangan metode dan alat-alat pertambangan, berbagai resiko keselamatan dan kesehatan ini telah dapat dikurangi secara berarti. Angka kecelakaan juga tercatat menurun dibandingkan dengan beberapa puluh tahun silam.

Upaya mengurangi angka kecelakaan dan kesakitan ini mesti melibatkan semua pihak, baik manajemen maupun karyawan. Manajemen harus mempunyai komitmen dalam menjamin keselamatan dan kesehatan karyawannya.

Ini dibuktikan antara lain dengan kesanggupan mereka menyediakan semua alat pelindung diri untuk karyawannya. Manajemen juga dituntut pro aktif mengeluarkan kebijakan, training, maupun prosedur untuk meningkatkan standar K3 perusahaan.

Di lain sisi, karyawan juga mesti berpatisispasi aktif dalam program K3 tersebut. Ini ditunjukkan dengan ketaatan karyawan dalam mengikuti prosedur dan secara aktif memberikan masukan kepada manajemen terkait peningkatan standar K3 secara keseluruhan.

Artikel Terkait



1 komentar:

bravia sales mengatakan...

keep posting bro, untuk artikel mengenai pertambangan berbahasa indonesia masih sangat jarang. trims ya atas informasinya

Posting Komentar

manusia gda yang sempurna, jadi mohon maaf kalo ada kekurangan, jd mhon berikan komentar buat blog ini biar bisa membangun..